Kehilangan. Sebuah kata yang penuh dengan duka. Sarat akan air mata. Seolah-olah merasa terhina. Tapi tidak mengapa. Itu biasa.
Lumrah hidup. Yang datang akan pergi. Silih berganti. Lantas kenapa harus merasa dikhianati? Bukankah yang berawal akan berakhir? Bukankah yang bertemu akan berpisah?
Ini hidup. Realita, bukan hanya fantasimu belaka, yang dapat kamu reka sesuka hati kamu menginginkannya.
Bukannya salah merasa sedih karena kehilangan. Itu wajar. Sebab yang kamu sangka akan selalu ada rupanya bualan semata. Lantas bagaimana? Haruskah menangis meronta-ronta? Memaksanya kembali kepangkuan kita? Atau apa?
Bukankah semua yang ada hanya
titipan dari sang kuasa? Lantas buat apa menahannya? Itu sia-sia. Toh dari awal
itu memang bukan milik kita. Memangnya siapa kita yang sekehendak hati menarik
kembali sesuatu yang telah pergi?
Please, sadar diri (Iya tahu ngomong mah gampang. Kan aku udah bilang yang susah tuh dapetin kamu).
Sebagai insan berbudi, seharusnya
tahu bagaimana bersikap dalam menghadapi lika-liku permasalahan yang datang
tanpa henti silih berganti.
Siapa sih yang merasa senang,
bahagia ketika ditinggalkan? Apalagi orang tersayang. Amat berharga. Hanya satu
di dunia. (Bener nggak kawan-kawan? Boleh dong kasih tahu saya hihihi.
Nggak papa kok. Itu biasa. Let it
flow. Sebenernya itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Sulit memang. Tapi
percaya deh, itu yang terbaik buat kita.
Hmmm, coba pikirkan ini sebentar.
(Nggak bisa, pikiranku udah penuh sama kamu. Hayoloh siapa yang jawab kek gini?
Bucinnya siapa nih? Hahaha).
Udah. Stop dulu jadi bucinnya!
Saat kalian kehilangan atau
ditinggalkan entah apapun itu yang begitu menyakitkan, pasti rata-rata berpikir
gini. “Kenapa ya kok aku?” “Kenapa sekarang?”
Coba ubah mindset. Sedikit geser ke
kiri barangkali.
(Ini kalau nggak paham nggak papa.
Aku juga susah ngomongnya btw hehe. Moon maap ya).
"Kenapa ya kok aku? Bukan dia
aja?" Iya. Karena yang lain masih lemah. Hanya kamu yang kuat. Hanya kamu
yang bisa. Hal ini terlalu berat untuk orang lain. Jadi sudah paling tepat
diberikan padamu. Suatu saat kamu akan belajar, cepat atau lambat.
"Kenapa sekarang?" Iya.
Ini waktu yang tepat. Kekuatanmu paling kuat pada waktu ini. Detik ini. Jam
ini. Hari ini. Minggu ini. Bulan ini. Tahun ini. Waktu ini adalah waktu kamu.
Seolah Tuhan ingin memberitahu dunia bahwa hari inilah salah satu hambanya
mencapai level tertinggi dalam hidupnya. Ia kuat sekali. Hingga Tuhan
memberinya kejutan yang tak terduga. Yang tak terpikir olehnya.
Yang di dalamnya akan ada sesuatu
yang sangat istimewa. Suatu pembelajaran yang orang lain belum memilikinya.
Sehingga kamu bisa untuk nantinya sedikit cerita kepada orang-orang yang
mengalaminya setelah kamu. Kamu akan menenangkannya. Membantunya hingga ia bisa
mendapatkan hal istimewa setelah kejutan itu. Pokoknya mah ini tahun terkuat
kamu udah.
(Nggak paham nih) bentar. Sama. Aku juga. mari pikirkan bersama.
(Gimana sih ni tulisan? Makin kesini makin nggak jelas aja!) Iya iya tahu. Nggak jelas emang. Tapi bentar deh mau tanya. Lebih nggak jelasan mana? Tulisan ini apa hubunganmu sama dia? Eaeaea :D
Jujur ya, cuma mau bilang. Kamu
kuat.
Salah satu batang patah. Menyisakan
kecewa yang tak bersudah. Tapi jangan salah, karenanya ada tunas baru yang
berkecambah yang kelak membawa hikmah.
(Masih nggak paham.) Auah gelap
please, seseorang berikan aku pencerahan (cling).
Yah udah aja ya kawan-kawan kita
ngobrolnya. Ternyata berpikir menguras tenaga hingga lapar pun melanda. Oh ya
kalian juga jangan lupa makan.
See you
-yourlove-