Selasa, 15 Maret 2022

Kita dan Kamera

 

Haiiiiii I am back. Pa kabar?

Well belakangan ini aku menemukan sudut pandang baru tentang sesuatu. Aku pikir akan berguna jadi aku akan membagikannya dengan kalian. Aku masih membaca buku judulnya The Things You Can See Only When You Slow Down karya Haemin Sunim.

…. Kita dikelilingi momen-momen indah, katanya.

Aku belakangan mengobrol banyak hal dengan teman-teman tengtang berbagai macam perasaan. Perasaan bahagia, perasaan sedih, gelisah, ketakutan, dan segala macamnya. Ngomong-ngomong soal perasaan, siapa sih di dunia ini yang gak pernah merasakan perasaan semacam di atas. Umumnya semua orang merasakannya. Bahagia, sedih, kecewa, dan segala macamnya. Mereka pernah. Jadi kalau di pikir lagi itu semua hal wajar. Bukan masalah besar. Bahagia, sedih, dan apapun itu. Okelah kalau perasaan bahagia tidak dikeluhkan. Tapi bagaimana perasaan-perasaan yang lain? Yang sifatnya negatif? Ya, kita sering mengeluh.

Ketika perasaan negatif itu memenuhi jiwamu seolah yang kau rasakan hanya hal-hal buruk yang terjadi di sekelilingmu. Padahal tidak. Bukan seperti itu. Itu hanya perasaanmu. Yang namanya perasaan itu sifatnya sementara. Tidak selamanya. Aku yakin kalian pasti pernah merasakan cinta tapi tiba-tiba berubah menjadi benci. Pernah merasakan kebahagiaan yang begitu besarnya namun tiba-tiba hilang entah kemana. Marah juga sama, menguap begitu saja. Jadi santai aja dengan perasaan yang datang. Jangan berlebihan, karena itu hanya sementara dan tidak selamanya. Jadi Ketika kita merasa sangat sedih dan yang terjadi hanya hal-hal buruk disekitar kita, kita hanya perlu membuka mata sedikit lagi melihat sekitar kita. Semua tidak selalu hal buruk. Hanya kita saja yang menolak untuk melihatnya. Seperti kamera, ia akan fokus kepada hal yang diinginkan pemiliknya. Sedikit kesulitan aku menyampaikan hal ini karena memang aku sendiri susah merangkai kata hingga membuat orang-orang paham. Tapi mari kita lihat tulisan Haemin Sunim di BAB 1 halaman 32 di bawah ini.

“Suatu keluarga berjalan di antara daun-daun yang berguguran. Sang ayah menggendong puteranya yang berusia lima tahun, dan anak itu menghujani ayahnya dengan kecupan. Sang ibu melihatnya dengan senyum di wajah. Jika kita mau mengambil waktu untuk memandang sekeliling, kita akan sadar bahwa kita dikelilingi momen-momen indah”

-yourlove-


 

Rabu, 09 Maret 2022

Cara untuk menjadi lebih bahagia

 Reason why.

Sedikit berbincang mengenai kehilangan. Apa yang biasanya dirasakan ketika kehilangan? Ketika ditinggal orang-orang tersayang? Keluarga? Pasangan? Atau bahkan mantan?

Sedih bukan? Kecewa? Ya it's okay. Nggak papa. Biasanya kalau sedih maupun kecewa kita butuh pelampiasan kan? Boleh tahu dong apa yang biasa kalian lakukan ketika sedang sedih atau kecewa.
(tulis di komen).

Tapi bentar deh. Apa sih alasan sebenarnya seseorang merasa sedih? Kecewa?
Bang iddin kata reason why seseorang merasa sedih kecewa karena kita tidak bisa terima apa yang hadir dan terjadi dalam kehidupan kita.

Waktu itu kita akan tak tenang, sedih, kecewa, dan akhirnya kita pun mulai mempertanyakan kenapa, kenapa, dan kenapa. Akibatnya kita butuh sesuatu untuk melampiaskan emosi kita. Dipikirnya mungkin boleh jadi dengan melampiaskan emosi dapat setidaknya melepaskan kesedihan dan kekecewaan. (Bener sih. Eh apa enggak?)

Mostly, orang akan melampiaskan emosinya melalui media sosial (moon maap kalau-kalau salah) post di ig, facebook, twitter, bagi di story whatssap, ig dan lainnya. Darinya kita berharap menemukan sedikit banyak orang yang peduli dengan kita. Berharap mereka mengerti namun sebenarnya tidak mengerti.

Namun disaat tidak ada yang menanggapi, peduli, kita semakin kecil hati. Semakin merasa terasing dan tersisih barang kali? Kenapa dunia tak peduli?

"Ah rupanya tidak ada yang peduli. Apakah aku hantu dalam kuali?"

Semakin dirasakan, perlahan kita mulai menyalahkan keadaan. Hati tak tenang, makan tak sedap, minum teh manis rasa air tawar. Semua serba tak enak.

Sebab itulah kita harusnya lebih bijak dalam melakukan sesuatu. Pikir ulang dulu. Termasuk memilih tempat untuk mengadu. Sudah berulang kali lah mendengar ungkapan bahwa patah hati paling disengaja adalah berharap pada manusia. Kan?

Boleh lah sekali dua kali mengadu pada manusia. Untuk menemukan sedikit solusi. Barang kali. Tapi lama-lama mereka pasti bosan juga.

'Udah biasa, paling cuma cari sensasi. Males lah ladenin orang lebay kaya gitu. Membuang-buang waktu'. Nah lo kalau sampai mereka ngomong gitu kita bisa apa coba. Padahal kan bener kita sedang bermasalah. Ye kan?

Tapi lain dengan Tuhan. Semakin kita mengadu, semakin Dia suka. Saat dunia seolah meninggalkanmu ketahuilah bahwa Tuhan selalu ada buat mu. Selalu mengerti kamu. Dan tidak akan pernah meninggalkanmu.

Dia mungkin rindu. Ingin memelukmu. Mendengar keluh kesahmu. Ingin lebih dekat denganmu. Sebab Dia sayang kamu. (For your information gaes, aku juga sayang kalian
)

So jangan salah mengadu. Semua itu ada tempatnya.

Malam raya identik dengan petasan
Banyak bintang bagaikan titik
Kalau saya boleh berpesan
Berilah saya kritik

 

-yourlove-

Ini Bukan Aku

 "Terlalu mudah kagumi terang. Coba, kalau berani kenali gelapnya" Itu adalah salah satu tulisan dalam buku Kamu Terlalu Banyak Be...