Haiiiiii I am back. Pa kabar?
Well belakangan ini aku menemukan sudut pandang baru tentang sesuatu. Aku pikir akan berguna jadi aku akan membagikannya dengan kalian. Aku masih membaca buku judulnya The Things You Can See Only When You Slow Down karya Haemin Sunim.
…. Kita dikelilingi momen-momen indah, katanya.
Aku belakangan mengobrol banyak hal dengan teman-teman tengtang berbagai macam perasaan. Perasaan bahagia, perasaan sedih, gelisah, ketakutan, dan segala macamnya. Ngomong-ngomong soal perasaan, siapa sih di dunia ini yang gak pernah merasakan perasaan semacam di atas. Umumnya semua orang merasakannya. Bahagia, sedih, kecewa, dan segala macamnya. Mereka pernah. Jadi kalau di pikir lagi itu semua hal wajar. Bukan masalah besar. Bahagia, sedih, dan apapun itu. Okelah kalau perasaan bahagia tidak dikeluhkan. Tapi bagaimana perasaan-perasaan yang lain? Yang sifatnya negatif? Ya, kita sering mengeluh.
Ketika perasaan negatif itu memenuhi jiwamu seolah yang kau rasakan hanya hal-hal buruk yang terjadi di sekelilingmu. Padahal tidak. Bukan seperti itu. Itu hanya perasaanmu. Yang namanya perasaan itu sifatnya sementara. Tidak selamanya. Aku yakin kalian pasti pernah merasakan cinta tapi tiba-tiba berubah menjadi benci. Pernah merasakan kebahagiaan yang begitu besarnya namun tiba-tiba hilang entah kemana. Marah juga sama, menguap begitu saja. Jadi santai aja dengan perasaan yang datang. Jangan berlebihan, karena itu hanya sementara dan tidak selamanya. Jadi Ketika kita merasa sangat sedih dan yang terjadi hanya hal-hal buruk disekitar kita, kita hanya perlu membuka mata sedikit lagi melihat sekitar kita. Semua tidak selalu hal buruk. Hanya kita saja yang menolak untuk melihatnya. Seperti kamera, ia akan fokus kepada hal yang diinginkan pemiliknya. Sedikit kesulitan aku menyampaikan hal ini karena memang aku sendiri susah merangkai kata hingga membuat orang-orang paham. Tapi mari kita lihat tulisan Haemin Sunim di BAB 1 halaman 32 di bawah ini.
“Suatu keluarga berjalan di antara daun-daun yang berguguran. Sang ayah menggendong puteranya yang berusia lima tahun, dan anak itu menghujani ayahnya dengan kecupan. Sang ibu melihatnya dengan senyum di wajah. Jika kita mau mengambil waktu untuk memandang sekeliling, kita akan sadar bahwa kita dikelilingi momen-momen indah”
-yourlove-