Sabtu, 15 Februari 2025

Ruang, Waktu, dan Empati Bagian Dua


 Hai^^ aku mulai lebih awal tahu xixi. Kalian baca tidak bagian sebelumnya? Bagi yang belum baca disarankan untuk membaca tulisan sebelumnya hehe. Lanjut aja ah.

Nah yang ketiga ada yang namanya kecerdasan ruang transaksional. Apa ya kira-kira? dari yang aku dapet ruang transaksional itu adalah cara kita mempertimbangkan suatu transaksi, mulai dari cara komunikasi, melayani sepenuh hati, negosiasi. Jujur bagian ini aku kurang bisa mendeskripsikan lebih dalam ges. Intinya saat kita sedang mengobrol atau berkomunikasi kita harus memberikan pelayanan yang terbaik. Itu aja sih. Yang lebih tahu bisa tulis di komen ya AHAHA.

Nah yang terakhir nih ada yang namanya kecerdasan komunal. Dalam hal ini berkaitan erat dengan andil kita dalam suatu komunitas atau kelompok utamanya untuk saling bergotong royong dengan rasa kekeluargaan.

Dari keempat itu sih secara garis besar kita diminta untuk dapat menempatkan diri pada tempatnya. Kan kecerdasan ruang sudah ya ges ya. Selanjutnya adalah kecerdasan waktu. Aku pengen tahu hal apa yang terlintas dipikiran kalian kalau denger kata waktu? Kalau aku sih 'menyia-nyiakan waktu' selama hidup hampir 24 tahun ini aku bahkan aku belum tahu apa yang benar-benar aku inginkan. Masih dalam perjalanan, sabar, kapan-kapan kalau aku udah tahu ayo ngobrol lagi! Aku juga berusaha kok.

Ruang waktu. Ruang waktu adalah dimana kita dapat menempatkan diri pada waktu dan situasi yang tepat. Kemampuan untuk memanajemen waktu sehingga tidak terbuang sia-sia. Dalam hal ini kita juga harus membuat skala prioritas. Mulai dari sesuatu yang penting dan mendesak. Selanjutnya sesuatu yang penting dan tidak mendesak. Yang ketiga yaitu sesuatu yang tidak penting dan mendesak. Dan yang paling terakhir adalah sesuatu yang tidak penting dan tidak mendesak. Bagaimana? sudah terbayang? seolah selama ini kita (aku deng) beneran membuang waktu. Padahal punya banyak waktu juga nikmat tapi sering kita abaikan. Aku baru tahu bahwa Allah paling tidak suka dengan orang yang menyia-nyiakan waktu. Hidup sekedar napas? apa-apaan coba? Kita sebenernya bisa lebih dari itu. Kita kan khalifah di bumi-Nya yang luas. Setiap yang diciptakan-Nya mempunyai tujuan dan tugas masing-masing, tapi dengan seenaknya kita mengabaikan itu, betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia tanpa dapat apa-apa? TT

Nah kalau kita masih seperti itu berarti kita belum dapat dikatakan sebagai manusia yang punya kecerdasan waktu. Mana mungkin kita mau hidup seperti ini terus kan? Makanya lawan rasa malas, buat hari seproduktif mungkin. Ngomong aja gampang sih, tapi realitanya? bener ges sulit kataku teh wkwk. Tapi kalau tidak di paksa mau imana lagi? Kita harus membiasakan diri kan? awalnya terpaksa lama-lama terbiasa. Misal nih yang paling simpel, buat jadwal harian. Buat to do list. Pokoknya ayo jadi manusia yang cerdas itu. Hidup yang hanya sekali, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan menyesal kemudian hari yaw. Kita usahan hidup yang bermakna itu. Semangat ges.

Ah sampai sini dulu deh lanjut besok. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan lagi. Ba bai, jumpa lagi secepatnya.

Jumat, 14 Februari 2025

Ruang, Waktu, dan Empati


Aku penasaran siapa yang baca tulisanku sebelumnya. Pasalnya aku tidak membagikannya kepada siapapun. Rasanya sedikit personal? Tapi aku senang sekali ada enam pengunjung karenanya AHAHAHA. Besok-besok kalau kalian lihat tolong berikan coment xixi (maksa dikit!) kalian baik kan? kamu juga aku harap akan selalu seperti itu! Lagi-lagi aku masih ingin menulis, membagikan perasaan ku, siapa tahu, siapa sangka seseorang tergerak hatinya eh? hehe.

Aku punya tempat baru buat belajar. Seolah semua yang aku inginkan berada disana. Aku sendiri juga baik tapi tolong sesekali tanya keadaanku sedikit saja wkwkw. Aku mau dan akan tetap ingin belajar. Jadi hari ini aku dapat hal lagi. Aku akan mengikatnya dengan tulisan. Semoga tidak lupa. Kalau lupa ya maaf namanya manusia tempat salah dan lupa. Jadi gini (kalian masih penasaran? aku juga sama, bagaimana ya disana?) namanya ruang, waktu, dan empati. Mari perlahan biar aku tulis satu persatu.

Ruang ya? Kira-kira yang terlintas dipikiran kalian itu apa? Ruang bukannya tempat? Sering tidak sadar kita hanya memperhatikan diri sendiri sehingga rasanya lupa di mana kita saat ini berpijak. Sebagai manusia yang diberikan kecerdasan oleh Allah alangkah lebih baik jika kita memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya. Dengan kecerdasan yang dititipkanNya diharapkan dapat membantu kita dalam dunia yang fana ini. Salah satu kecerdasan yang menurut pribadi itu penting adalah kecerdasan ruang. Apasih kecerdasan ruang itu? kalian pasti bisa menerka-nerka. Iyakan? Perlu diingat ya ges ya, aku hanya senang menulis dan menyimpan perasaanku di sini jadi bukan bermaksud untuk menggurui siapapun (aku tidak lagi punya seseorang seperti itu, pliss balik lah woi TT diskusi lagi sini WKWK) aku lanjutkan ya nanti keburu ngantuk.

Kecerdasan ruang menurutku adalah kita tahu bagaimana menempatkan diri di dalam suatu tempat. Rasanya tidak luwes kalau kita ketawa-ketiwi di pemakaman. Rasanya tidak etis saat kita makan di dalam kelas yang seharusnya buat belajar. Tidur juga gitu (hayo lho sapa yang dulu suka gitu pas belajar di sekolah hehe tandanya apa tuh xixi, canda ya ges ya serius amat sih) kan? rasanya aneh kita belajar di taman hiburan. Begituuu sayang, lebih dalam sepengetahuan aku saja, yang aku inget tadi pagi bahwa kecerdasan ruang itu dibagi menjadi empat.

Yang pertama ruang kultural. Seperti kita yang memasuki lingkungan baru, sekolah, kampus, workplace, rumah atau apapun kita tidak bisa untuk memaksakan budaya yang sebelumnya kita telah biasa akan hal itu untuk di masukkan ke tempat baru. Maaf agak kasar, istilahnya tahu diri lah. Kita ini tamu, bahkan sebelum kita bergabung budaya mereka sudah ada sejak dulu. Satunya hal yang mau tidak mau kita harus lakukan adalah adaptasi. Amati, rasai, ikuti, biasakan. Tentu saja hal yang baik saja. Itulah sebaiknya kita tahu tempat. Kita itu sebenarnya lagi di mana. Kenapa hal itu penting? Lagi-lagi sebagaimanusia kita harus berhubungan baik dengan sesamanya. Sebagai makhluk sosial kita suatu saat pasti akan memerlukan bantuan orang lain. Jadi bersikap baik lah, bangun hubungan yang baik.

Aduh aku sebenernya udah cape, mau tidur, udah setengah sembilan malem nih, apa aku lanjutin besok aja yaa? tapi nanggung banget tolong! tiga lagi aja kok. Deal ya teman? (plis jawab iya biar aku enggak kayak ngomong sendiri kek orang gila AHAHA)

Nah selanjutnya adalah kecerdasan ruang sosial. Bener ges! namanya juga sosial jadi tebakan kalian pasti bener! yup sosial masyarakat. Seperti tadi kita itu makhluk sosial (kecuali kalo kalian sebenernya titan wkwkw) hidup bermasyarakat harus mampu bersosialisasi. Menempatkan diri sebagai masyarakat umum. Membaur, tahu bagaimana harus bersikap dengan satu orang atau orang lain, dengan individu atau kelompok masyarakat tertentu. Aku beneran tidak kuat menulis lagi, jadi sisanya aku tulis besok deh. Selamat malam, gut nait, mimpi indah, balik lagi secepatnya... oh berdoa ya ges jangan lupa, doakan juga orang-orang yang terlintas dipikiranmu sebelum tidur. Doa yang baik tapi, sebab doa baik akan kembali kepada orang yang mendoakan.

Malam ini aku meminta orang-orang yang aku sayangi tidurnya nyenyak, bangun dalam keadaan bugar, harinya berjalan lancar... lalu pulang dengan suka cita^^

Jumat, 07 Februari 2025

Halo Lagi!


Halo semua ini masih aku. Senang bisa kembali? Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku membuka website ini. Kalau kalian lupa aku bahkan pernah mengarang seperti ini wajar saja sih, orang aku juga lupa AHAHAHA. Nah guys aku pernah denger beberapa orang ngomong gini 'sesuatu yang datangnya dari hati, akan sampai ke hati' kalian setuju? komen dong xixixi. Jadi menurut kalian darimana tulisan ini berasal? Jujur saja rasanya malu banget. Jangankan rencana mau aku sebarluaskan ke media sosial, waktu nulis ini pun aku udah merasa malu. (Tapi kan kak dulu-dulu juga tidak punya malu?) Intinya sekarang aku jadi seperti itu. Tapi menurutku ini mungkin menjadi satu-satunya jalan buat aku menuliskan perasaan ku. Sulit kan mencari teman ngobrol? ahhh aku ragu banget mau lanjutin, seharusnya aku privat aja kali ya? tapi kalau pada akhirnya kalian baca berarti aku berubah pikiran. Tulisan ini sudah aku unggah ke dalam blog pribadiku.

Aku rasa kita terlalu banyak membuang waktu. Di kehidupan yang sekali ini, yang bahkan umurnya tidak panjang rasanya sayang banget kalau tiba-tiba meninggal dunia. Padahal kan di bumi-Nya yang luas kita dapat 'bersenang-senang'. Beberapa hari terakhir aku sadar penuh bahwa sebelumnya aku tidak sadar wkwkwk. Seorang teman mengingatkanku tentang kesadar itu. Mindfulness (aku juga lupa lagi hehe makanya aku baca ulang deh) katanya lagi gini 'kalo otak manusia tuh kayak perangkat yang secara "otomatis" menyarankan hal yang memudahkan sesuatu' for example saat sedang berkendara. Kalo dirasa udah terbiasa udah melakukan hal yang sama secara berulang, otak tuh masuk mode 'auto pilot' itu, terlebih kan kalau di jalanan tuh engga selalu sama tiap waktunya. Nah itu harus ada yang mengimbangi juga. Selain banyak ide yang muncul, terlalu mempertimbangkan juga yang bikin takut buat ambil langkah pertama itu. Hal yang terberat dalam kesuksesan itu bukan dari modal atau lingkungan, tapi dari langkah pertama yang diambil (ini juga masih kata dia AHAHAHAHA).

Kalian masih di sini? Terimakasih. Next! bahkan sesimpel berjalan dan makan aja kita engga sadar akan hal itu. Kosong? Aku... tidak tahu. Kayaknya waktu memutuskan untuk nulis tadi konsepnya engga kek gini deh. Tapi itulah aku hanya ikut kemana keyboard ini membawa ku xixixi. Jadi teman-teman ku, 'kalo dipikiranmu engga disibukkan dengan suatu hal, bacalah buku. Sedangkan kalau pikiranmu terasa berat, maka tulislah (nah kalo ini kata gurunya dia yang kemudian diteruskan padaku) kalian bisa simpulkan sendiri. Agaknya malam ini tidur larut? tidakkkk mauuuuu! rasanya tak rela waktu tidurku berkurang walau hanya semenit huhuhu.

Nah mindfulness itu bisa dilatih. Salah satunya dengan berdzikir (ini aku juga dikasih tahu) sepenangkapan aku, intinya fokus terhadap sesuatu? kata Rumi "berhentilah bertingkah kecil. Kamu adalah alam semesta dalam kegembiraan." kita bisa kok lakukan apapun. Jangan remehkan diri sendiri yaa, itu tidak baik buat kesehatan hati :) hanya sadari benar apa keinginanmu dan fokus akan hal itu. Hanya mulai dan lanjutkan. Ahhhhhh mindfulness! Apalah cape bet gue teh AHAHAHA.

Kalian apa kabar... rasanya... ah sudahlah! I mean, I mean, Yarobbal'alamin.

Ini Bukan Aku

 "Terlalu mudah kagumi terang. Coba, kalau berani kenali gelapnya" Itu adalah salah satu tulisan dalam buku Kamu Terlalu Banyak Be...